PUNCAK // MEDIATNI-POLRI.ID / Di tanah tinggi yang diselimuti kabut dan dingin yang menusuk, prajurit-prajurit Wira Yudha Cakti kembali menorehkan kisah kemanusiaan yang tak lekang oleh waktu.
Kali ini, melalui Pos Kout Sinak, mereka hadir di Kampung Gigobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, bukan dengan senjata terhunus, melainkan dengan stetoskop dan setangkai senyum tulus. (17/6/2025)
Mereka berjalan dari honai ke honai, rumah tradisional penuh makna yang menjadi saksi kehidupan warga Papua.
Tidak menunggu rakyat datang, tetapi justru menyapa dan mengetuk setiap pintu kehidupan.
Seorang bapak tua yang duduk lesu di depan rumah, seorang ibu yang mendekap bayi dengan mata penuh harap, hingga pemuda yang menyapa di jalan — semua menjadi bagian dari misi suci: pelayanan kesehatan langsung dari hati.
“Begitu mereka melihat kami, mereka langsung mendekat dan berkata, ‘Pak tentara, tolong periksa saya, sudah lama tidak berobat,'” tutur Letda Ckm Muh. Akbar, Amd.Kep, Danpos Kout Sinak, dengan mata yang tak bisa menyembunyikan haru.
“Ini bukan sekadar pengobatan, ini bentuk nyata kehadiran negara di tengah rakyatnya. Kami tak hanya membawa obat, tapi juga harapan dan kasih sayang.”
Dibantu oleh tim kesehatan Satgas Yonif 700/WYC, warga diperiksa tekanan darah, diberikan pengobatan sesuai keluhan, serta diedukasi pentingnya menjaga kesehatan di tengah keterbatasan fasilitas.
Tak sedikit warga yang ditemui di jalan langsung menghentikan langkah mereka demi mendapatkan pelayanan medis. Di sinilah letak heroiknya: TNI menjadi pelita di tengah keterisolasian.
Seorang mama Papua dengan anak kecil di gendongan tersenyum lebar, sembari berkata, “Anak tentara baik hati, Tuhan berkati.” Kalimat sederhana itu menggambarkan betapa besar dampak dari sentuhan kemanusiaan ini.
Di tengah sunyi Pegunungan Tengah, langkah kaki para prajurit tak hanya menggetarkan tanah,
tapi juga menghangatkan jiwa. Mereka bukan sekadar penjaga batas, tapi juga pelindung harapan.
Sumber : Pen Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 700 Wira Yudha Cakti